08.58

Jenis-Jenis Karet Alam

Terdapat beberapa macam karet alam yang kebanyakan merupakan bahan olahan baik setengah jadi ataupun barang jadi. Jenis-jenis karet alam antara lain bahan olah karet, karet konvensional, lateks pekat, karet bongkah (block rubber), karet spesifikasi teknis (crumb rubber), karet siap olah (tyre rubber) dan karet reklim (reclaimed rubber).
a. Bahan Olah Karet
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet. Yang termasuk bahan olah karet adalah lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar yang dibagi berdasarkan pengolahannya.
Lateks kebun merupakan cairan getah yang dihasilkan dari proses penyadapan pohon karet dan belum mengalami pengolahan sama sekali. Lateks kebun yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
 Disaring dengan saringan berukuran 40 mesh.
 Tidak terdapat kotoran atau benda-benda lain seperti daun atau kayu.
 Tidak bercampur dengan bubur lateks, air ataupun serum lateks.
 Warna putih dan berbau karet segar.
 Lateks kebun mutu I mempunyai kadar karet kering 28% dan lateks kebun mutu 2 mempunyai kadar karet kering 20%.
Sheet Angin merupakan bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut. Jenis ini berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi. Ketentuan sheet angin yang baik adalah sebagai berikut :
 Harus ada penggilingan pada gumpalan lateks untuk mengeluarkan air atau serumnya.
 Gilingan kembang digunakan sebagai gilingan akhir
 Kotoran tidak terlihat
 Dalam penyimpanan tidak boleh terkena air atau sinar matahari langsung
 Sheet angin mutu 1 mempunyai kadar karet kering 90% dan sheet angin mutu 2 mempunyai kadar karet kering 80%
 Tingkat ketebalan pertama 3 mm dan tingkat ketebalan kedua 5 mm.
Slab Tipis merupakan bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan. Adapun ketentuan slab tipis yang baik adalah sebagai berikut :
 Tidak terdapat campuran gumpalan yang tidak segar.
 Air atau serum harus dikeluarkan baik dengan giling atau dikempa.
 Tidak terlihat adanya kotoran.
 Selama disimpan tidak boleh terendam air atau terkena sinar matahari langsung.
 Slab tipis mutu I mempunyai kadar karet kering 70% dan slab tipis mutu 2 mempunyai kadar karet kering 60%.
 Tingkat ketebalan pertama 30 mm dan tingkat ketebalan kedua 40 mm.
Lump Segar merupakan bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung. Lump segar yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
 Tidak terlihat adanya kotoran.
 Selama disimpan tidak boleh terendam air atau terkena sinar matahari langsung.
 Lump segar mutu 1 mempunyai kadar karet kering 60% dan lump segar mutu 2 mempunyai kadar karet kering 50%.
 Tingkat ketebalan pertama 40 mm dan tingkat ketebalan kedua 60 mm.
b. Karet Konvensional
Jenis-jenis karet alam olahan yang tergolong karet konvensional adalah Ribbed Smoked Sheet, White and Pale Crepe, Estate Brown Crepe, Compo Crepe, Thin Brown Crepe Remills, Thick Blanket Crepes Ambers, Flat Bark Crepe, Pure Smoked Blanket Crepe dan Off Crepe.
Jenis karet konvensional yang banyak diproduksi adalah Ribbed Smoked Sheet atau disingkat RSS. Karet ini berupa lembaran sheet yang mendapatkan proses pengasapan dengan baik. RSS ini memiliki beberapa macam antara lain XRSS, RSS 1 hingga RSS 5.
c. Lateks Pekat
Lateks pekat berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang ada di pasaran dibuat dengan pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses sentrifugasi. Lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.
d. Karet Bongkah (Block Rubber)
Karet bongkah merupakan karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran tertentu. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri. Masing-masing negara memiliki standar mutu karet bongkah. Standar mutu karet bongkah untuk Indonesia tercantum dalam SIR (Standard Indonesian Rubber) yang dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 184/Kp/VI/88 Tanggal 25 Juni 1988.
e. Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber)
Crumb rubber merupakan karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu berdasarkan pada sifat-sifat teknis dimana warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku.
Crumb Rubber dibuat agar dapat bersaing dengan karet sintetis yang biasanya menyertakan sifat teknis serta keistimewaan untuk jaminan mutu tiap bandelanya. Crumb Rubber dipak dalam bongkah-bongkah kecil, berat dan ukuran seragam, ada sertifikast uji laboratorium, dan ditutup dengan lembaran plastik polythene.
f. Tyre Rubber
Tyre rubber merupakan barang setengah jadi dari karet alam sehingga dapat langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Tyre rubber memiliki beberapa kelebihan dibandingkan karet konvensional. Ban atau produk produk karet lain jika menggunakan tyre rubber sebagai bahan bakunya memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan jika menggunakan bahan baku karet konvensional. Selain itu jenis karet ini memiliki daya campur yang baik sehingga mudah digabung dengan karet sintetis.
g. Karet Reklim (Reclimed Rubber)
Karet reklim merupakan karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas, terutama ban-ban mobil bekas. Karet reklim biasanya digunakan sebagai bahan campuran, karena mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga baik. Pemakaian karet reklim memungkinkan pengunyahan (mastication) dan pencampuran yang lebih cepat. Produk yang dihasilkan juga lebih kukuh dan lebih tahan lama dipakai.
Kelemahan dari karet reklim adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai karet daur ulang. Oleh karena itu kerat reklim kurang baik digunakan untuk membuat ban.

08.54

KARET ALAM

Karet alam (polyisoprene) termasuk ke dalam elastomer yaitu bahan yang dapat direnggangkan dan dapat kembali seperti bentuk semula. Selain karet alam, terdapat beberapa bahan yang juga termasuk elastomer yaitu polybutadiene, polyisobutylene dan polyurethanes, yang ketiganya merupakan polimer sintetis.
Elastomer memiliki potensi yang besar dalam dunia industri karena memiliki sifat keliatan dan kelekatan yang tinggi, elatisitas tinggi, daya tarik yang kuat, daya lengket yang baik dan daya pegas yang tinggi. Karena sifat-sifat tersebut polyisoprene banyak dimanfaatkan untuk membuat sepatu boot tahan air, bola dan peluru karet.
Molekul karet alam terbentuk melalui reaksi adisi monomer-monomer isoprene secara teratur yang terikat secara “kepala ke ekor”, memiliki susunan geometri 98% cis-1,4 dan 2% trans-1,4 dengan berat molekul berkisar antara 1-2 juta dan mengandung sekitar 15.000-20.000 ikatan tidak jenuh.
Karet alam dihasilkan dari tanaman karet Hevea brasiliensis. Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran rendah hingga menengah (0-400 dpl) dengan curah hujan 1500-2500 mm/tahun dan mampu hidup di lahan dengan keasaman tinggi (pH 4.0-4.5), pada tanah bersolum dalam dan miskin hara.
Untuk mendapatkan karet alam, dilakukan penyadapan terhadap batang pohon tanaman karet hingga dihasilkan getah kekuning-kuningan yang disebut dengan lateks. Lateks merupakan cairan atau sitoplasma yang berisi ±30% partikel karet. Pada tanaman karet, lateks dibentuk dan terakumulasi dalam sel-sel pembuluh lateks yang tersusun pada setiap jaringan bagian tanaman, seperti pada bagian batang dan daun. Penyadapan lateks dapat dilakukan dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Penyadapan ini harus dilakukan secara hati-hati karena kesalahan dalam penyadapan dapat membahayakan bahkan mematikan pohon karet.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi lateks dalam penyadapan antara lain arah dan sudut kemiringan, panjang irisan sadap, letak bidang sadap, kedalaman irisan sadap, ketabalan irisan sadap, frekuensi penyadapan dan waktu penyadapan. Waktu penyadapan yang baik adalah dilakukan sepagi mungkin sekitar pukul 05.00-07.30.
Secara umum dalam lateks karet yang segar mengandung 20-60% karet, 0.3-0.7 % abu, 1-2% protein, 2% resin atau lipid dan 33-75% air. Adapun menurut Tangpakdee (1998) lateks jika disentrifugasi pada 54.000 g (gravitasi) selama 1 jam akan terpisahkan menjadi beberapa komponennya yaitu fraksi karet, frey wyssling, serum C (sitosol) dan fraksi bawah yang terdiri atas partikel lutoid. Fraksi karet sebanyak 37% mengandung protein, fosfolipid, sterol ester, lemak dan resin, sedangkan frey wyssling mengandung karotenoid, plastokromanol, dan lipid. Fraksi frey wyssling ini berwarna kuning dan mengandung partikel-partikel berbentuk spiral dengan diameter 3-6µm. Serum C adalah cairan bening yang merupakan sitosol dari sel pembuluh lateks, mengandung berbagai persenyawaan antara lain sukrosa, protein dan asam-asam organik. Fraksi bawah terdiri atas protein, fosfolipid, sterol, trigonolein, labikuinon dan argothionin. Fraksi ini banyak mengandung lutoid yang mengandung protein karet, lipid, ion Ca dan ion Mg.

04.21

Company Profile

Aur Rubber adalah sebuah Usaha dagang yang menyediakan Karet alam mentah. usaha ini terletak di desa Mandi Aur, salah satu daerah kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. seperti yang kita ketahui, Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki arela perkebunan karet terluas di Indonesia.
Oleh karena itu, jika jika anda berminat dan ingin bekerja sama, silahkan hubungi kami di No Telp : +6281931420651 atau E-Mail : lea_chat@rocketmail.com
kerjasama ini dijamin akan profesional dan saling menguntungkan.